DESIGN FOR ENVIRONMENT

Perancangan bagi Lingkungan (Design for Environment DfE) adalah pendekatan sistematik untuk mengevaluasi konsekuensi dampak lingkungan dari produk dan proses-prosesnya, dan dampaknya pada kesehatan manusia dan lingkungan (Fiksel, 1996). Didasarkan pada pengertian apa yang pelanggan butuhkan, menganalisa pilihan, dan mengambil sumberdaya tersedia untuk dengan cepat mencapai hasil produk baru yang diinginkan. Berdasarkan penanganan produk dan proses produksi cradle-to-grave. Fokus utama adalah identifikasi kandungan dan implikasi lingkungannya, menentukan dampak yang dipunyai produk dan proses pada lingkungan selama siklus hidupnya, dan pengembangan produk dan proses yang cocok secara lingkungan.
DfE (Design for Environment) menurut Environment Australia (1999) adalah proses untuk mengurangi dampak lingkungan dari produk yang dirakit perusahaan dengan menerapkan perbaikan pada tahap disain. Memiliki hubungan erat dengan Life Cycle Assessment LCA. Tujuan program DFE adalah untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi pekerja, masyarakat, dan ekosistem. Program DFE memenuhi tujuan ini dengan mempromosikan perubahan sistem dalam cara perusahaan mengelola perhatian lingkungannya. Pendekatan dan prinsip-prinsip program DFE berguna dalam memenuhi kebutuhan peraturan dan memperbesar perlindungan lingkungan setelah pemenuhan.Pendekatan DfE mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan lingkungan dan resiko kesehatan manusia dalam semua keputusan bisnisnya. Sebagai tambahan, DfE juga mendorong perusahaaan untuk mengevaluasi proses bersih, teknologi, dan praktek tempat kerja.

Prinsip-prinsip utama DfE termasuk :
  • Memperbaiki keselamatan pekerja, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan sementara juga menjaga atau memperbaiki kinerja dan kualitas produk. Cara lain meletakkan hal ini adalah mengurangi resiko pada pekerja, masyarakat, dan lingkungan.
  • Menggunakan sumberdaya secara bijaksana.
  • Menggabungkan pertimbangan lingkungan kedalam disain dan redisain produk, proses, dan teknis sistem manajemen.

DfE dimulai dengan mempelajari dan menguji semua aspek produksi dari komoditas tertentu, termasuk didalamnya sumber bahan mentah, perakitan, distribusi, penggunaan, dan pembuangan akhir. Pada setiap tahapan tersebut, dampak pada lingkungan dan kesehatan manusia ditangani. Tahap selanjutnya adalah mempertimbangkan pilihan untuk mengurangi dampak lingkungan tersebut dengan memperbaiki disain produk. Contoh -contoh pilihan tersebut antara lain :
  1. Penggunaan material yang lebih tidak berbahaya pada lingkungan, seperti kandungan energi lebih rendah, dapat didaur ulang, tidak beracun, tidak merusak ozon, merupakan limbah hasil sampingan dari proses manufaktur yang lain.
  2. Menggunakan sumber daya dapat diperbaharui, sepert i material dari tumbuhan atau sumber hewan yang diambil dengan cara memperhatikan konservasi, dan memperbaharui sumber- sumber energi bagi produksi.
  3. Menggunakan material dengan sedikit input termasuk energi dan air.
  4. Meminimalkan dampak distribusi melalui mengurangi berat produk.
  5. Meminimalkan sumberdaya, seperti air dan energi, yang akan digunakan produk tersebut selama hidupnya.
  6. Memaksimalkan daya tahan dan masa pakai produk.
  7. Memperbaiki pilihan pembuangan akhir bagi produk final, seperti disain bagi produk atau komponennya yang dapat didaur ulang, memastikan bahwa setiap bagian tidak dapat didaur ulang dapat secara aman dibuang.

Manfaat DfE
Hasil akhir dari proses ini seringkali berupa produk yang tidak hanya mempunyai dampak rendah pada lingkungan namun juga mempunyai kualitas yang lebih baik dan menguntungkan dari segi pemasaran.

Proses DfE menyediakan data dan hal-hal penting untuk memasarkan produk yang diinginkan secara lingkungan. Produk ‘green’ dapat nampak di benak konsumen karena juga mereka lebih tahan lama, kualitas lebih tinggi, dan murah pengoperasiannya. Biaya bagi pihak perakit dapat juga direduksi. Pengurangan jumlah material dan sumber daya yang digunakan untuk merakit produk dapat mengurangi limbah dan polusi yang diciptakan, dan selanjutnya biaya pembuangan limbah. Pilihan lain bagi penghematan termasuk mengurangi pengemasan, dan mengurangi biaya transportasi dengan mengurangi berat produk atau meningkatkan efisiensi dalam pengemasan atau penyimpanan. Beberapa negara mulai mengundangkan pihak produsen menarik kembali produk mereka di akhir masa pakai. Ini dikenal sebagai ‘extendend producer responsibility’ (EPR). DfE dapat mengatasi masalah ini, sebagai contoh dengan meningkatkan umur pakai produk, mengurangi biaya pembuangan, membuat lebih mudah diperbaiki, dan meningkatkan kemampu daur-ulangan keseluruhan produk atau beberapa komponennya.

Program-program Design for the Environment (DfE) dapat memberi contoh tipe manajemen lingkungan interaktif yang meruntuhkan atau menghindari Green Wall. Pada dasarnya DfE adalah teknik aktifitas manajemen yang bertujuan untuk mengarahkan aktifitas pengembangan produk dalam rangka menangkap pertimbangan lingkungan eksternal dan internal. Perusahaan yang ingin mengimplementasi DfE sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Fiksel, 1996) :
§  Motivasi bisnis.
Harus dijawab pertanyaan mengenai adakah unit bisnis dimana DfE terlihat sebagai faktor kompetitif, sudahkah konsumen memperlihatkan perhatian yang kuat pada kinerja lingkungan dari produk atau operasi pabrik kita, apakah sudah melihat tren perubahan peraturan yang akan mempengaruhi profitabilitas produk kita ?
§  Postur lingkungan.
Harus dijawab pertanyaan mengenai kebijakan lingkungan dan pernyataan misi yang mendukung praktek DfE, kesiapan berpindah dari strategi pemenuhan menjadi manajemen lingkungan proaktif, sudahkah membuat tujuan-tujuan perbaikan lingkungan perusahaan, apa dampak keseluruhan keberhasilan lingkungan pada perusahaan atau imej industri kita.
§  Karakteristik organisasi.
Harus dijawab pertanyaan mengenai perencanaan pada implementasi sistem manajemen lingkungan yang terintegrasi dengan baik dengan system manajemen yang ada, apakah kita sudah menerapkan sistem teknik dalam pengembangan produk menggunakan tim lintas fungsional, punyakah sistem bagi menganalisa produk dan kualitas proses yang dapat dikembangkan pada atribut lingkungan perusahaan, apakah kita sudah punya sumberdaya organisasional yang benar untuk mendukung pengurusan lingkungan dan produk, apakah sudah punya akuntabilitas sistem d an penghargaan untuk menyediakan insentif untuk memenuhi tujuan perbaikan lingkungan.
§  Pengalaman yang ada.
Harus dijawab pertanyaan mengenai pencapaian perusahaan yang telah dibuat mengenai disain green dan isu praktis dan hambatan yang telah dilewati, sudahkah melakukan tindakan penanganan siklus hidup bagi fasilitas dan atau produk, sudah adakah program dan keahlian dalam daur ulang material, konservasi sumber daya, pengurangan limbah, atau asset recovery, sudahkan diimplementasi inisiatif pencegahan polusi dan pabrik memperhatikan lingkungan, sudahkah dicoba untuk mengenalkan pengukuran kualitas lingkungan dan sistem manajemen ke dalam proses operasi, sudahkah mengembangkan teknologi yang berguna bagi DfE seperti pemodelan berbasis komputer, atau perangkat pendukung keputusan.
§  Tujuan strategis.
Harus dijawab pertanyaan mengenai kasus bisnis yang mengindikasikan DfE akan menyumbangkan keuntungan bagi perusahaan atau pengembangan bisnis, dapatkah mengidentifikasi perbaikan lingkungan yang diinginkan dalam produk atau proses tertentu, apakah sudah mengenali kemitraan kunci dengan pemasok atau pelanggan yang diperlukan dalam menerapkan DfE, apakah berharga untuk meningkatkan kepedulian lingkungan diantara pegawai kita, pelanggan, pemasok, masyarakat, atau pemeg ang saham lainnya, apakah kita siap untuk bergerak menuju sistem akuntansi lingkungan siklus hidup yang menggunakan struktur berbasis aktifitas untuk mengungkap biaya dan manfaat sebenarnya.


Green Design (Desain Hijau)

Pengambilan keputusan selama proses perancangan sangat penting untuk pencapaian tujuan lingkungan. Diperkirakan bahwa 70% atau lebih dari biaya siklus hidup produk tipikal ditentukan selama perancangan (USNRC, 1991). Dirancang rumit dan premium dalam pengambilan keputusan yang cepat. Menganggap dampak lingkungan memerlukan analisis efek hilir selama produksi, operasi dan pembuangan.

Contoh dari produk-produk DfE ini, yaitu : 
  1. Pakaian Patagonia. Pada tahun 1993 Patagonia menjadi perusahaan pertama yang menggunakan bahan daur ulang pasca-konsumen dalam produk mereka. Pakaian kain Capenza Patagonia mengandung 54% konten poliester daur ulang dan 100% dapat didaur ulang melalui sistem take-back Patagonia.
  2. Peter Opsvik (untuk Stokke, 1972) merancang kursi Tripp Trapp pemenang penghargaan untuk tumbuh bersama anak, meningkatkan masa pakai kursi yang efektif.
  3. Sepatu Dunlop Wellington terbuat dari poliuretan, PVC, dan karet. Dunlop mengembangkan sederetan sepatu daur ulang. Dunlop mengambil kembali Wellingtons bekas dari pelanggan. Sepatu bot lama dipasang kembali dan diproduksi ulang menjadi sepatu baru.
  4. Freitag menggunakan kembali terpal truk, ban dalam dan sabuk pengaman.
Penilaian Siklus Hidup (LCA)
-Mengukur dampak lingkungan terhadap siklus hidup produkS
-Langkah-langkah dalam analisis LCA:
1.Prepare pilihan desain yang diusulkan
2.Mengidentifikasi siklus hidup, termasuk daur ulang dan pembuangan
3.Identify semua bahan dan sumber energi yang digunakan
4.Identifikasi keluaran dan aliran limbah
5.Quantify dampak masing-masing bahan, energi, limbah
6. Dampak agregat ke dalam kategori untuk perbandingan
-Memerlukan perangkat lunak dan pelatihan khusus LCA
-Perangkat lunak LCA komersial tumbuh dalam kemampuan, SimaPro, GaBi, OpenLCA, Pikiran Berkelanjutan, dan lain-lain 

Proses DfE
  • Desain Detail
  • Bandingkan dengan DFE Goals
  • Pengembangan Konsep
  • Desain Tingkat Sistem
  • Perencanaan produk
  • Peningkatan proses
PRODUCT LIFE CYCLE 
Product life cycles adalah tahapan-tahapan proses perjalanan hidup suatu produk mulai dari diperkenalkannya kepada pasar (market) hingga pada akhirnya hilang dari pasaran. Untuk memperpanjang umur hidup suatu produk, produsen harus bekerja keras melakukan berbagai strategi agar produknya dapat bertahan lebih lama lagi di pasar (market).

Tahap Perkenalan (Introduction)
Tahapan Perkenalan adalah tahapan pertama dalam siklus hidup produk dimana produsen memperkenalkan produk barunya kepada pasar atau masyarakat umum. Beberapa ciri-ciri pada Tahap Perkenalan ini diantaranya adalah :
  • Produk baru diluncurkan ke Pasar (Market)
  • Omset penjualan yang masih rendah
  • Kapasitas produksi masih rendah
  • Biaya per unit yang masih tinggi
  • Cash Flow Negatif
  • Distributor berkemungkinan enggan untuk mengambil produk yang masih belum terbukti Kualitasnya.
  • Diperlukannya promosi secara besar-besaran dalam rangka memperkenalkan produknya (biaya promosi yang tinggi)

Strategi yang sering digunakan dalamTahap Perkenalan (Introduction) :
  • Mendorong Adopsi pelanggan
  • Mengeluarkan Biaya yang besar dalam promosi untuk menciptakan kesadaran pada produk dan juga untuk memberitahukan produk barunya kepada masyarakat
  • Menggunakan strategi Harga Peluncuran (skimming) atau Harga Penetrasi (Penetration)
  • Distribusi yang terfokus (pada wilayah yang terbatas)

Tahap Perkembangan (Growth)
Tahap Perkembangan (Growth) adalah tahap dimana produk yang diperkenalkan tersebut sudah dikenal dan diterima oleh konsumen. Beberapa ciri-ciri pada tahap Perkembangan ini adalah :
  • Memperluas pasar
  • Omset penjualan yang naik signifikan
  • Meningkatnya kapasitas produksi\
  • Produk mulai diterima oleh pasar
  • Cash Flow mulai berubah menjadi Positif
  • Pasar semakin berkembang, laba juga akan meningkat, namun pesaing-pesaing baru akan mulai bermunculan
  • Biaya per unit akan turun ke skala yang ekonomis

Strategi yang sering dilakukan dalam Tahap Perkembangan
  • Membuat iklan yang menciptakan kesadaran akan pemilihan produk dan memperkuat merek (branding)
  • Memperbanyak saluran distribusi dan memperluas cakupan distribusi.
  • Meningkatkan kualitas produk, menambahkan fitur-fitur baru dan gaya serta memperbanyak model atau varian.
  • Menurunkan harga produk untuk menarik pembeli dan memperluas segmen pasar
  • Masih mengeluarkan biaya yang besar dalam mempromosikan produk dan mereknya.

Tahap Kedewasaan (Maturity)
Peningkatan Omset penjualan yang mulai melambat, bersaing dengan ketat dan berjuang dalam merebut pangsa pasar dengan pesaing-pesaingnya.
  • Kapasitas produksi yang tinggi
  • Memiliki laba yang besar bagi mereka yang dapat memimpin pasar
  • Cash Flow akan berada dalam kondisi Positif yang kuat
  • Pesaing yang lemah dan kalah bersaing akan mulai keluar dari pasar\
  • Harga Produk mulai turun

Strategi yang sering dilakukan dalam Tahap Kedewasaan : 
  • Memperbaiki dan memodifikasi Produk dan memperbanyak pilihan (model, warna, bau, rasa, estetika)
  • Meninggalkan varian produk yang tidak kuat di pasar.
  • Kapasitas Produksi pada kondisi yang rasional
  • Menerapkan harga yang lebih bersaing
  • Menggunakan Iklan yang persuasif, mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produknya.
  • Menarik pengguna-pengguna baru
  • Distribusi yang intensif
  • Memasuki Segmen pasar yang baru
  • Repositioning

Tahap Penurunan (Decline)
Padatahap penurunan, penjualan dan keuntungan akan semakin menurun dan jika tidak melakukan strategi yang tepat, produk yang ditawarkan mungkin akan hilang dari pasar (market). Ciri-ciri Tahap Penurunan adalah sebagai berikut :
  • Laba menurun secara signifikan dan Cash flow akan melemah
  • Pasar menjadi Jenuh
  • Akan banyak Pesaing-pesaing yang keluar dari pasar
  • Kapasitas produksi akan menurun

Strategi yang sering digunakan pada tahap penurunan adalah sebagai berikut :
  • Melakukan promosi untuk mempertahankan Pelanggan yang setia
  • Mempersempit saluran distribusi
  • Menurunkan harga uang menjaga daya saingnya

Strategi Ekstensi (Perpanjangan)
Untuk mempanjang umur produk, strategi-strategi yang sering dilakukan oleh produsen agar memperlambat produknya memasuki tahap penurunan diantaranya sebagai berikut :
  • Periklanan, Mencoba untuk menambah pengguna baru dan berusaha mengingatkan pengguna lama.
  • Menurun Harga, Berusaha untuk menarik pelanggan baru.
  • Penambahan Nilai (Adding Value), Menambahkan fitur baru pada produk saat ini (contohnya menambahkan fitur Wifi pada Kamera).
  • Menjelajahi pasar-pasar baru, Mencoba menjual produk keluar negeri.
  • Memperbarui kemasan, Menggantikan kemasan pada produk dengan warna yang lebih cerah dan segar.

LIFE CYCLE ASSEMENT
Life-cycle assesment adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi konsumsi energi dan bahan mentah,emisi yang dikeluarkan ke lingkungan, dan limbah lainnya yang berkaitan dengan siklus hidup suatu produk atau sistem.

Konsep dasar dari LCA ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu sistem industritidak lepas kaitannya dengan lingkungan tempat industry itu berada. Dalam suatu sistem industri terdapat input dan output. Input dalam sistem adalah material-material yang diambil dari lingkungan dan output nya akan dibuang ke lingkungan kembali. Input dan output dari sistem industri ini tentu saja akan memberi dampak terhadap lingkungan. Pengambilan material (input ) yang berlebihan akan menyebabkan semakin berkurangnya persediaan material, sedangkan hasil keluaran dari sistem industri yang bisa berupalimbah (padat, cair, udara) akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan.Oleh karena itu LCA berusaha untuk melakukan evaluasi untuk meminimumkan pengambilan material dari lingkungan dan juga meminimumkan limbah industri.

Tujuan LCA adalah untuk membandingkan semua kemungkinan kerusakanlingkungan yang dapat diakibatkan dari suatu produk maupun proses, agar dapat dipilih produk maupun proses yang mempunyai dampak paling minimum.
Prosedur dari life cycle assessment LCA) merupakan bagian dari ISO 1400 environmental management standards : in ISO 14040:2006 and 14044:2006. (ISO 14044replaced earlier versions of ISO 14041 to ISO 14043.).

PRODUCT DEVELOPMENT SYSTEM(PDS) 
dalam dunia bisnis dan marketing, istilah pengembangan produk(produk development)sudah lazim dibicarakan, dibahas dan dianalisis. secara umum,pengembangan produk dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk menambah manfaat,ciri desain, dan layanan pada barang dan jasa.
Tujuan dari pengembangan produk : 
  1. untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas
  2. untuk menambah omzet penjualan
  3. untuk memenangkan persaingan
  4. untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi
  5. untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama
  6. untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan
  7. untuk mencegah kebosanan konsumen
  8. untuk menyederhanakan produk,pembungkus.

1. Bentuk Pengembangan Produk
Ada 3 macam bentuk pengembangan produk yang dapat dilakukan perusahaan menurut Prawiramidjaya (1994:94) yaitu:
a. Initial Development. Suatu usaha penggunaan barang sehingga mempunyai tingkat penggunaan yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
b. Improvement Development. Perubahan suatu barang pada wujud atau bentuk yang lebih disukai konsumen.
c. New Use Application. Penggunaan barang dengan cara meningkatkan guna barang tersebut. Penggunaan barang dalam bermacam-macam variasi adalah merupakan ciri dalam pengembangan produk.

2. Tahapan Pengembangan Produk
Tahap-tahap dalam pengembangan Produk menurut Swastha (1997 : 184-186) yaitu:
a. Tahap Penyaringan. Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur, langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap Analisa Bisnis. Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.
c. Tahap Pengembangan. Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan sesuai kemampuan perusahaan.
d. Tahap Pengujian
Tahap pengujian meliputi:
1. Pengujian konsep produk
2. Pengujian terhadap yang diinginkan konsumen
3. Penelitian laboratorium
4. Test penggunaan
5. Operasi pabrik percontohan
6. Tahap Komersialisasi.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENCEMARAN TANAH

STRATEGI PENGURANGAN DAMPAK LINGKUNGAN